Sedikit Lelah, Banyak Gengsinya
“Buk, nyuwun ngapunten nggeh..”
Kalimat di atas menjadi salah satu kalimat yang tidak pernah saya ucapkan kepada ibu saya. Alasan kalimat tersebut tidak pernah saya ucapkan adalah karena saya mengakui saya adalah orang yang sangat sulit mengungkapkan dan mengatakan hal-hal demikian kepada orang tua, khususnya ibu. Saya-pun mengakui sebenarnya saya juga terlalu ‘gengsi’ untuk mengatakan hal-hal demikian. Sesederhana kata ‘maaf’ dan ‘terima kasih’. Saya sangat gagap dan gugup mengatakannya secara langsung. Terutama di depan keluarga, kerabat dan teman-teman terdekat.
Lalu bagaimana cara saya menghadapinya? Menjadi keresahan selalu, ketika harus mengatakan ‘maaf’ atau ‘terima kasih’. Saya cenderung memilih mengatakannya lewat ‘WhatsApps’ yang memang sangat tidak pantas dan tidak sopan sama sekali. Sadar bahwa hal tersebut tidak baik. Sadar bahwa harus ada yang diperbaiki. Sadar bahwa tidak apa-apa mengatakan ‘maaf’, ‘terima kasih’ atau yang lainnya. Bahkan saya sadar, sedikit lelah untuk menurunkan ego, karena terlalu banyak gengsi yang saya miliki. Begitulah gejala manusia. Hehe.
Kini, salah satu hal yang sedang saya pelajari adalah, mencoba berani untuk mengatakan ‘maaf’ dan ‘terima kasih’. Sebelum bertemu orang lain, saya melatih lisan saya. Saya berkata “nanti kalau ketemu orang paling tidak harus bisa bilang maaf atau terima kasih”. Berkali-kali kalimat itu saya ulangi. Saya tanamkan kata ‘maaf’ dan ‘terima kasih’ paling tidak ada di kepala saya. Entah bagaimana nanti keadaan ketika bertemu orang, paling tidak saya harus mulai membiasakan diri.
Mungkin bagi orang lain terkesan agak lebay, itu benar. Mudah bagi orang lain mengatakan kata-kata atau kalimat yang demikian. Apalagi mengatakan ‘maaf’ dan ‘terima kasih’ ke orang tua. Harusnya bukan sesuatu hal yang dipelajari lagi. Sudah menjadi kewajiban anak dan hak orang tua untuk mendengar kata ‘maaf’ dan ‘terima kasih’ dari anak-anaknya. Semua itu benar, saya mengakui saya belum begitu berbakti dan ta’dzim kepada orang tua saya. Bahkan terkadang karena jarang mengatakan ‘maaf’ saya terkesan sombong, menurut beberapa teman. Wkwk
Sebagai manusia, saya mempelajari diri saya dan gejala yang saya alami adalah salah satu bentuk pengayaan sudut pandang. Pelajaran yang hanya cukup untuk diri saya sendiri bahwa terus menemukan hal-hal baru dalam diri, kemudian menemukan ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam diri adalah kebaikan kreatif yang harus terus ditingkatkan dan dikembangkan. Evaluasi terhadap diri sangat diperlukan.
Saya lelah, dan keresahan ini harus segera diperbaiki. Minimal kepada orang tua, saya harus berani dan rela menurunkan gengsi saya. Saya sedang mengusahakan dan memperbaiki diri saya, semoga saya lekas berdamai !